Istilah PMS atau pre menstrual syndrome merupakan kondisi yang terjadi pada wanita menjelang waktu haid. Namun ternyata PMS sebenarnya juga bisa terjadi pada pria.
PMS pada pria dikenal dengan istilah irritable male syndrome yang disebabkan karena turunnya kadar hormon testosteron secara perlahan sejak pria berusia 30 tahunan.
Testosteron sendiri berperan penting dalam perkembangan reproduksi pria, juga dalam hal massa otot dan rambut tubuh. Hormon ini berhubungan pula dengan rasa percaya diri, kebugaran, energi, dan dorongan seksual pada pria.
PMS pada pria memiliki gejala utama lekas marah. Selain itu, ada pula gejala lain yang menyertai, seperti depresi, gelisah, dan rendahnya percaya diri.
PMS pada pria dapat berujung pada sulitnya berkonsentrasi, masalah tidur, dan rendahnya energi. Pria yang mengalami kondisi ini juga akan kesulitan untuk pulih setelah berolahraga dan terkendala dalam menurunkan berat badan.
Tidak hanya itu, perubahan hormonal yang terjadi akibat irritable male syndrome dapat pula menyebabkan penurunan gairah seksual serta disfungsi ereksi pada pria.
PMS pada pria sering disebut sebagai andropause, yaitu seperti menopause yang terjadi pada wanita. Semua gejala sindrom ini dapat memengaruhi para pria berinteraksi dengan pasangan karena perubahan perasaan serta perubahan gairah seksual.
Kondisi ini dapat mengakibatkan stres berlarut larut yang dapat mengancam dan menghancurkan hubungan dengan orang di sekitar. Selain itu juga dapat mengakibatkan depresi hingga memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Untuk pengobatannya ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk mengatasi PMS pada pria.
- Terapi hormon
- Menerapkan gaya hidup sehat
- Mengelola stres dengan baik
Jangan ragu untuk segera berobat ke dokter apabila merasa mengalami gejala PMS pada pria. Pasalnya, kondisi ini bisa sangat memengaruhi kualitas kehidupan pria secara pribadi, yang juga akan membawa dampak pada kehidupan dalam berpasangan.