Peran orangtua menjadi sangat penting dalam deteksi dini untuk melihat ada sesuatu perbedaan pada anak.
Seorang anak di bawa ke pengobatan alternatif ketika tampak muncul benjolan pada mata yang tak kunjung hilang. Alih alih sembuh, anak tersebut justru tak bisa melihat, sedangkan benjolan tersebut semakin membesar. Ia pun akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sungguh mengejutkan, ia didiagnosis kanker mata atau retinoblastoma stadium 4. Dosen Kedokteran Universitas Airlangga, Mia Ratwita Andarsini mengatakan kanker pada anak didominasi penderita pada usia 0-5 tahun. Ia mengatakan, berdasarkan data Kemenkes, kanker paling banyak diderita anak ialah leukemia, kanker mata, kanker tulang, kanker kelenjar getah bening, dan kanker saraf.
Kanker bisa dibagi menjadi dua yang berasal dari darah dan solid tumor berbentuk benjolan. Pucat, panas
berkepanjangan dan pendarahan, jika anak mengalami tiga gejala yang tidak wajar tersebut, orang tua harus waspada.
Deteksi dini solid tumor, di tandai dengan adanya benjolan tidak wajar. Misalnya kanker kelenjar getah bening, sering menimbulkan benjolan di belakang leher, di bawah telinga, dan di bawah ketiak. Jika menemukan hal seperti itu, segera periksakan ke dokter.
Deteksi dini lebih sulit dilakukan jika benjolannya muncul di tempat tak terlihat, misalnya di otak. Gejala yang di timbulkan juga berbeda, seperti anak mengalami kejang, kesadaran menurun dan penurunan kemampuan bicara.
Orang tua juga perlu waspada kanker mata. Pasalnya, belakangan ini dokter Mia kerap mendapati banyak anak pasien kanker mata yang datang dalam kondisi sudah parah. Kanker ini juga bisa dideteksi dari awal, misalnya jika ada putih putih pada bagian mata hitam. Gejala mata kucing, yakni jika mata anak terkena sinar ia memantulkan sinar itu. Gejala gejala tersebut harus di waspadai oleh orang tua.
Terdapat tiga tata laksana pengobatan kanker pada anak, yakni operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Pengobatan juga tergantung jenis kankernya dan keparahan yang di alami pada anak.
Dokter Mia juga mengatakan bahwa kanker pada anak bisa disebabkan oleh kelainan genetik baik yang diturunkan dari orangtua (herediter) maupun non-herediter dan tidak terlalu dipengaruhi gaya hidup. Selain itu, paparan radiasi nuklir, golongan zat karsinogenik, seperti benzena serta infeksi virus Epstein-barr (EBV) dapat menjadi faktor risiko kanker.
Dokter Mia juga mengatakan “Anak penderita down syndrome yang jelas mengalami mutasi memiliki risiko terkena leukemia 3-5 kali lipat jika dibandingkan dengan anak biasa.”