Seperti diketahui Upaya medical tourism atau wisata medis di Indonesia masih terus digaungkan sejumlah pihak. Namun, dukungan kolaborasi pemerintah setempat dalam mempromosikan diri dinilai belum terlalu masif.
Hal senada disampaikan oleh dr. Niko Azhari Hidayat Sp.BTKV selaku pegiat atau founder medical tourism Indonesia sekaligus Founder Vaskuler dan Varises Indonesia. Dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular RS Universitas Airlangga (RSUA) ini memaparkan, sejak wacana medical tourism berkembang masih belum ada gerakan nyata yang menyeluruh dari elemen stakeholder terkait untuk mewujudkannya.
Padahal, lanjut dia, fasilitas dan pra sarana yang dimiliki sejumlah rumah sakit di Surabaya sudah cukup siap dan mumpuni. Ditambah pula dengan beragam alternatif wisata yang banyak diminati oleh masyarakat. Ada wisata sejarah, wisata relijius, wisata alam hingga wisata kuliner yang bisa disukai wisatawan.
“Kami upaya mengkolaborasi ini. Kita sebenarnya siap, minimal harus dimulai lingkup kecil dulu saja seperti di Surabaya,” terang Niko.
Niko membandingkan dengan beberapa Rumah Sakit terkenal dari negara tetangga yang jauh lebih gencar dalam memberikan promosi. Kolaborasi sudah mulai dijalankan dengan baik antara pemerintah juga bermitra dengan swasta agar promosi berlangsung masif.
Salah satu misalnya, kolaborasi dilakukan dengan maskapai lewat promosi dan layanan pengantaran calon pasien dan keluarga pasien. Alhasil, lebih dari lima ratusan ribu orang bisa terbang ke luar negeri untuk berobat ke sana, seperti Singapura, Malaysia dan lain-lain.
Sebagai dokter berpengalaman, Niko juga sangat meyakini Surabaya atau Jawa Timur memiliki sejumlah dokter yang cukup handal dan sejalan dengan ketersediaan fasilitas canggih yang ada.
“Kita punya ahli, minimal invasif canggih, Tapi apakah cukup maksimal dikenalkan kepada masyarakat. Kita masih berkutat pada hal yang tidak signifikan bukan mendorong promosi,” ujarnya.
Perlu Strategi Matang
Niko menjelaskan, meningkatkan wisata medis juga diperlukan sebuah strategi yang tertata. Ibaratnya, tidak hanya dibutuhkan dokter yang handal, fasilitas canggih dan dukungan stakeholder. Pihak pelayan kesehatan juga harus taktis menetapkan harga. “Kalau harga tidak diatur, maka gak akan laku. Pasien bisa pindah ke tempat lain,”jelas dia.
Nah, strategi medical tourism harus melibatkan pemerintah setempat, dalam hal ini Pemprov Jatim atau Pemkot Surabaya. Pemerintah diharap bisa mengkoordinir seluruh pimpinan rumah sakit untuk duduk bersama kemudian membuat sebuah program yang bisa berkelanjutan.
Misalnya, kolaborasi untuk membuat program tahunan atau dwi tahunan untuk wisatawan medical tourism. Kolaborasi Pemerintah dan Rumah Sakit bisa membalut produk paket istimewa yang bisa dimanfaatkan terus menerus.
“Sisi pemerintah bisa memanggil kepala rumah sakit kemudian saya misalnya kita mencanangkan Surabaya Health Travel Year. Harus sifatnya sustainable atau berkelanjutan,” ujarnya.
Niko menambahkan, pemerintah bisa sekaligus berkolaborasi dengan maskapai penerbangan internasional milik dalam negeri. Hal ini untuk keperluan promosi dan sosialisasi lewat media yang dimiliki. “Bisa kita sampaikan di pesawat, ada juga buletin yang dipunyai maskapai, promo bisa dibaca di situ,” lanjut dia.
Nah selanjutnya, kolaborasi dengan maskapai bisa dilakukan dengan fasilitas penjemputan calon pasien dengan potongan atau keringanan yang bisa dimanfaatkan calon turis medis yang hendak berobat.
“Harus berani bantu biaya transpor penerbangan. Sehingga pasien kita tidak perlu terbang ke luar negeri,” ujarnya.
Dukungan Dari Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
Pada 19 Maret 2021 lalu, Kunjungan Tim Medical Tourism Indonesia ke RS. Universitas Airlangga Surabaya disambut baik oleh Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM. Terkait dengan ide briliant yang di usung oleh tim untuk mengembangkan konsep Medical Tourism di Indonesia , khusus nya di Surabaya.
RSUA menganggap ini adalah terobosan yang di nanti banyak pihak, dan Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya sangat mendukung program ini. Bahkan, siap jika diminta untuk memberikan fasilitas khusus untuk pengembangan Project Medical Tourism ini berjalan di Surabaya.
Perlu banyak dukungan dari berbagai pihak agar Medical Tourism ini dapat dengan cepat menggaung di Indonesia, Khusus nya di Surabaya antara nya Rumah Sakit, Klinik, Laboratorium, Destinasi Wisata, Akomodasi seperti Hotel, Penginapan dll. Harus bersinergi agar Surabaya menjadi tuan Rumah Wisata Medis pertama di Indonesia.